Senja masih temaram, langit bermega indah. Kulihat sepasang burung gereja berkicau memadu kasih. Bertengger berjejer pada ujung atap rumah reot. Begitulah mereka yang kulihat, terpagut satu sama lain seakan mencurahkan gairah cinta yang tak lagi bisa terbendung. Masih dengan saling memandang. Tak berani untuk memulai bercinta. Ah, mereka menggelitik senyumku.
Indah kulihat saat mereka mulai terpagut. Aku tahu si betina terpojok kala sang jantan meraihnya. Tak kuasa belaian demi belaian memerahkan suasana. Memadu kasih, bercinta disaat senja. Seperti sebuah sorotan rindu yang berlama-lama mereka simpan karena terpisah antara ujung utara dan selatan. Wangi angin membawa mereka pada titik gairah. Ketika bertemu, sudahlah saat mereka merasakan nikmat alam anugerah Tuhan. Ya, mereka saling jatuh cinta.
Saat pengembaraan lajangnya berakhir pada senja yang temaram ini, hatinya telah terisi. Memadu gairah yang tiada henti, berkicau layaknya berbahagia.
Aku tersenyum dan masih memandang burung gereja itu hingga pandanganku tak lagi dapat meraih kisah mereka. Terbang bersama, mengikat janji setia. Sedikit kesal aku tak bisa mendengar bahasa mereka. Tapi yang kutahu pasti, setelah ini mereka akan membangun sangkar untuk kehidupan baru mereka. Pertemuan yang singkat di atas atap yang reot. Percintaan yang hebat ditengah pengembaraan hati yang sendiri. Gairah yang indah disenja yang temaram.
Ya, senja yang indah untuk bergairah.
dan aku pun bergairah untuk berkomentar π
ya, saya lumayan mudeng. . . π
mba lea lagi memandang burung gereja kan? bhhahahahaha
ada yang bilang, enak ya jadi burung. .bisa pergi kemanapun yang kita mau tanpa biaya. π
gmna coba?
enakan jadi manusia kan?
#komentar yang konyol mbaaaaaaaa. . π
Aww…dikirain yang lagi bercengkerama itu mba Iea π eaa
weww..udeh lama kaga mampir dimari, templetenye baru ni yee,,cuit..cuittt π
setiap makhluk punya saat-saat spesialnya, mungkin bagi si burung gereja
saat spesialnya adalah pertemuan singkat di atap reyot itu π
bercinta saat senja…
aiihhh…. π