Beri Aku Satu Hari Lagi

Pagi ini udara sangat dingin. Seluruh kota tertutup embun. Daun-daun dan ranting basah, tidak ada kicau burung – mungkin mereka masih terlelap – yang aku lihat sepintas matahari mengintip dari balik kabut.

Masih dalam keadaan berkabut aku kendarai motorku. Melaju, melintasi persawahan yang segar. Kanan kiri kulihat beberapa petani sudah siap bekerja keras. Sebagian padi mereka siap dipanen. Ada satu dua bapak petani berkaos lekton. Mungkin sudah terbiasa dengan cuaca dingin, batinku. Aku masih menggigil ketika melewati lampu lalu lintas pertama. Hanya bisa membayangkan seandainya saat ini aku masih berbaring dikasur tipisku dan menarik selimut; sungguh nikmatnya tidur.

Baca lebih lanjut